Aku, Bulan, dan Jarak
Aku selalu merindukan bulan ini, rindu pada rasa damai yang diselipkannya ke hatiku, selalu. Bulan yang sejuk itu, aku rindu. Bahkan setelah datang, aku masih rindu. Tidak seperti biasanya. Biasanya aku hanya tinggal menjalani momen dan menikmati damainya bulan ini. Tetapi tidak kali ini. Tidak tahun ini. Setelah menunggu satu tahun akhirnya bulan ini hadir di depan pintu, tetapi dia belum menyapaku, belum merangkulku. Dia belum merasuk ke hatiku. Aku sangat frustasi, kenapa? Apa yang salah?
Pikiranku jadi kelut. Memikirkan cara untuk kembali merasa apa yang seharusnya kurasa. Aku ingin mendedikasikan diriku pada waktu singkat ini, tapi dunia sekitarku menuntut untuk mengerjakan hal lain. "Ini dulu! Ini penting!" "Ini juga penting!". Semuanya tiba-tiba menjadi penting. Kepalaku jadi pening.
Setelah semuanya selesai, baru kulakukan ini-itu, termasuk rutinitas yang kujalankan tahun lalu. Tapi masih, yang kurasakan bukan keteduhan yang sama.
Mungkin, mungkin hanya, aku terlalu memikirkan masa depan. Mungkin aku terlalu fokus pada nodaku dengan sesama manusia. Terlalu banyak distraksi, prioritasku tengah diuji.
Barulah setelahnya aku tersadar, bahwa
rindu ini tidak lain sebuah pesan untukku
bahwa aku telah jauh,
jauh dari diriku sendiri
jauh
dari diri Nya
0 comments